Jumat, 28 Desember 2018

LOVE STORY OF ICE PRICE

                                                                         


LOVE STORY

Ice prince

Arga & Hazira



                                            By : IRMA HAZIRA AWALINDA RAMADHANA

Terasa hampa ruangan ini, tiada angin-angin yang menerpa wajah ku, panas pengap dan lelah rasanya. Tak sengaja aku tergugah dari tidurku, mata terasa berat untuk membua. Panas, pengap lelah telah menyerangku hari ini, benar-benar padat jadwal yang ku jalani siang ini. Tanpa kusadari, kubuka pelan-pelan kelopak mataku tidak kusangka aku berada di atas sandaran sang pangeran dingin. Aku sangat kaget, aku tertidur di atas bahu nya dimana tempatku bersandar. Ia juga tertidur pulas, aku rasa ia sangat pening terhadap kegiatan nya saat ini. Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh ruangan sepi nan sunyi. Hanya tertinggal aku dan pangeran dingin ini yang sedang menikmati kepeningan ini.

            Aku menatap nya dengan sembari penuh perasaan, aku tahu sifatnya memang dingin, pendiam  tetapi aku yakin ia memiliki jati diri tentang cinta yang ia pendam selama bertahun-tahun lamanya. Tidak lama kemudian, ia membuka matanya secara perlahan dan melihati ku dengan serius. Aku menyunggingkan senyum manis kepadanya.

            “Ahh..Kenapa aku senyum-senyum sendiri, efek apa ini?.” Batinku dalam hati

      “Kamu disini? Ke....kenapa aku bisa tidur di ruang latian ini?.”

            “Tadi kita latihan di ruang studio dance ini bersama-sama dan aku tiduran disini karna kelelahan mungkin sama denganmu. Maaf kan aku, aku tadi tidak merasa kalau aku tidur di atas pundakmu.”

            “Apa kamu bilang?.” Jawab dia dengan nada dingin.

            “Oh...Tidak, bukan itu maksudku begini_-_.” Belum sempat menjelaskan dia sudah memotong pembicaraanku dan tidak ingin mendengarkan pembicaraan ku, dia pergi begitu saja dan meninggalkan ku seorangan saja di ruang itu.

            “Sudahlah, yang berlalu  biarlah berlalu !.”  Jawab dinginya tanpa melihat lawan bicaranya, sambil meninggalkan ruangan dan menggapai lubang ruangan untuk segera keluar.

            “DASARR COWOK DINGIN!.”  Ejek ku agak keras sebelum ia menggapai lubang ruangan yang akan di deritnya. Ia berhenti mendadak dan menatapku dengan tatapan sinis yang sangat dingin.

            “Apa kamu bilang?.” Tanya nya sambil bergaya cool di depanku. Mulutku terbungkam keras dan tidak bisa berkata apa-apa. Sungguh tatapan singa telah datang kepadaku, rasanya ia ingin memangsaku hidup-hidup disini. Aku terbungkam keras dan tidak bisa berkata apa-apa lagi, aku sungguh merasa bersalah. Tapi kenapa harus bersalah memang benar kan dia sangat dingin.

“Hei monyet! Jawab !.” Bentak nya nada datar tetapi sangat tidak sopan.

“Apa kamu bilang?.” Bentaku keras kepadanya, meski aku menbentaknya ia hanya bersikap santai dan seperti tidak merasa bersalah.

“Nanya balik?.”  Sambil menggerakan alis kirinya.

“Maaf  tadi.” Jawabku sambil memasang topeng kusut dengan raut muka yang sangat merasa bersalah. Sebenarnya, aku tidak merasa bersalah sama sekali. Buat apa? Dia seperti tidak ada sopanya kepadaku.

“Tidak ada kata maaf!.”

“Apa !.” Sahutku.

“Diam !.” Ia mengucapkan kata terakhirnya dengan melototiku, dan meninggalkan ruangan dengan menggapai pintu. Dan pintu pun berderit, aku sendirian dan akhirnya aku bebas dengan suasana dinginya. Kembali suasana hangat yang kunantikan sekarang, karna tidak ada sosoknya ruangan sangat begitu hangat dan tiada kata sok cool di depanku.

            Dia memang dingin, aku juga tidak terlalu suka dengan sifatnya yang terlalu cuek. Aku benar-benar muak dengan muka datarnya. Arga, ya benar namanya adalah Arga. Seorang lelaki yang tampan, dingin, dan tidak terlalu suka dengan keributan. Ia sangat misterius. Aku sangat bingung jika saat membuka topik pembicaraan denganya, pastinya aku bingung karna dia sangat tidak suka dengan orang yang terlalu banyak bicara. Mungkin aku harus pelan-pelan mendekatinya. Tiba-tiba hatiku tergerak untuk mengetahui jati diri nya sebenarnya. Ku rasa, dia bukan bawaan dari kecil sifat seperti ini mungkin saja ia mempunyai masalah yang sangat berat sampi ia selalu memendam nya. “Hah, aku terlalu sok tau.”

###

            Di pagi yang cerah, jarum jam menunjukan pukul lima lebih tiga puluh menit ketika terdengar bunyi bantingan pintu yang cukup keras serta diikuti dengan derap langkah kaki yang begitu keras dan terburu-buru. “Astagaaa! Pagi-pagi begini sudah ada yang datang ke sekolah ?.” Gumamku dalam hati sambil menahan derap-derap langkahku. Aku hanya bisa menahan derap-derap langkahku dan menolehkan kepala ke arah kiri dengan pelan.

“Astagaa!Siapa kamu?.” Kagetku,  suaraku memecahkan atmosfer kesunyian. Ia juga kaget melihatku berteriak gema seperti ini. Dia siapa kira-kira. Ku tatap dia dengan tatapan tajam ku telusuri penampilan dan raut-raut wajahnya, sangat begitu cerah. Aku hanya terkejut, mulutku ternganga melihat penampilanya. Dengan di  sampirnya tas di bahu kanan nya, dan memungut bola basket  sebelah tangan kirinya. “Siapa  ini Ya Tuhan..? Dia menawan sekali.”

“Halo, maaf aku anak baru disini, aku sengaja berangkat pagi agar tidak kesiangan.” Jelasnya sambil menundukan badan layaknya memberi salam.

“Ka..Kamu anak baru, oh iya namaku Hazira.” Balasku sambil mengulurkan tangan sebagai tanda perkenalan.

            “Iya, kenalin aku Stevan. Aku pindahan dari Bandung. Maaf ya tadi sempat buat kamu kaget. Karna, aku juga tahu kalau ini masih terlalu pagi untuk ke sekolah. Oh iya ngomong-ngomong kamu ada apa pergi ke sekolah sepagi ini?.” Tanya nya panjang lebar. Aku sangat ambigu ingin menjawab yang mana dulu, ku cermati satu persatu pertanyaan sang lelaki basket ini dengan pelan-pelan.

            “Iya, tidak apa-apa. Aku kesini pagi-pagi hanya untuk melaksanakan tugas dari lab IPA .” Aku hanya menggelengkan kepala melihat penampilanya, sungguh menawan, lebih tampan dan sopan.

            “Ya sudahlah, aku ingin ke Lab IPA. Mau ikut?.” Ajaku kepadanya.

            “Emmh, boleh. Dengan senang hati.” Jawabnya langsung. Ia menyuggingkan senyum manis nya, “Ya Tuhan, apa ini? Baru saja aku kenal. Tetapi dia sangat memikat perhatianku.”

            Di tengah-tengah tangga sekolah, derap-derap langkah ku denganya berjalan secara bersamaan. Ia selalu membuka balon obrolan untuk topik permbicaraan, semua pertanyaan darinya selalu aku jawab sesuai dengan pertanyaan yang di tanya olehnya. Ratusan langkah ku lewati bersamanya, aku tidak melihat sosok dingin di sekitar ku. Terkadang, sosok dingin itu suka berkeliaran pagi-pagi di lapangan basket. Tetapi tumben sekali batang hidung sosok dingin itu tidak terlihat sama sekali. “Lagian buat apa aku mencari nya? Ah sial-_ Jangan-jangan aku jatuh cinta hahahaa !.”

 Tidak lama derap langkah ku dan laki-laki itu berhenti bersamaan, ruang yang ku tuju pun sudah ada di depanku, ku deritkan pintu pelan. “Kreek..kreek..” Terlihat butiran-butiran debu berterbangan alat-alat  LAB yang berserakan. Pekerjaan yang sangat berat bagiku.

            “Kotor banget?.” Tanya nya dengan raut muka yang sangat tidak mengenakan di depanku. Aku saja tidak suka dengan keadaan LAB IPA yang seperti ini, apalagi hanya aku sendirian yang membersihkanya. Sepi nan sunyi menyelimuti atmosfer ruangan ini. Ku ucapkan kata demi kata pasti bergema. “Bodohnya aku mau membersihkan seperti ini?.” Gumamku.

            “Ehem, kok berhenti di pintu? Ayo aku bantu bersihin ruangan nya!.” Ajaknya senang hati.

            “Apa? Serius?.”  Jawabku sambil bertingkah sok imut di depanya.

            “Iya, dua rius malahan! Let’s go we clean in the room!.”  Jawabnya bersemangat. Dia benar-benar tulus membantuku pagi ini. Padahal, belum terlompat dua puluh empat jam aku dekat denganya, tetapi dia sudah bisa memikat perhatian ku. “Sungguh, dia sangat menawan.” Terlihat ia menggapai pojok ruangan, meletakan tas yang di pungutnya dan bola basket yang di bawanya. Ku bersihkan celah-celah ruangan dan ku sapu debu-debu halus yang menempel di permukaan lantai dengan penuh semangat.

###

            Satu jam berlalu...

            Aku melihat tetes keringat yang bercucuran di dahinya,”Aku rasa dia lelah.”  ku dekati dia tepat di bawah meja dimana ia sedang beristirahat dan bersandar,  ku ambil selembar kain sapu tangan ku suguhkan kain itu kepadanya.

            “Ini usap keringat mu !.” Kataku sambil menyebarkan pesona sembari perhatian.

            “Ah iya Zira.” Jawabnya sambil menerima kain sapu tangan yang ku suguhkan. Di usapnya cucuran keringat itu seperti mengusap kenangan di masa lalu. Terusap dan bersih hilang tanpa bekas, mulut ku kembali ternganga menatapnya. Aku saja tidak sadar kenapa aku bisa seperti ini? Mungkin efek senang. Aku tetap melamun saat menatap nya. Tidak lama kemudian, benda bercair di atas meja jatuh dan hampir mengenaiku. Benda yang sangat beracun dan tidak boleh tersentuh oleh tangan,aku benar-benar kaget. Stevan langsung menarik tangan ku dan berusaha melindungiku dari tumpahan benda cairan racun itu. Aku di genggam nya, dan aku di peluknya. “Astagaa! Apa ini?.” Sungguh kaget bukan main. Aku saja tidak bisa menyangka apa yang sebenarnya terjadi. Aku tetap diam dan ambigu. Aku menoleh ke arah belakang dan aku lihat ada tumpahan cairan Kimia berwarna merah yang terpapar disitu. Aku benar-benar bingung, bagaimana cara membersihkan nya. Ku biarkan tumpahan air racun itu sendirian dan kutarik tangan dia untuk keluar dan meninggalkan ruangan. Aku mengambil langkah seribu agar aku tidak dikenai hukuman oleh guru.

            “Eh, kita mau kemana?.” Tanya nya sambil ku tarik tangan nya sekeras-keras nya . Mengambil langkah seribu sebelum seorang guru mengetahui ada yang merusakan fasilitas laboratorium.

            “Sudahlah ! Ikut aku pergi dari sini sebelum ada guru yang melihat nya ayo cepat ambil tas mu !.” Ajak ku tergesa-gesa. Aku benar-benar seperti cacing kepanasan yang tidak tahu arah. Aku ajak dia kabur dan ku tinggalkan ruangan itu. Aku tergesa-gesa sampai aku lupa menalikan tali sepatu ku  dan sampai pada akhirnya aku terjatuh di atas tangga lantai dua. “BRAAAKK !.”  Aku tergelinding di atas tangga itu dan kepala ku terbentur tembok bagian pojok yang runcing. “Jddaakkkk..!.” Stevan hanya bisa berteriak dan bergegas menolongku, ia tidak bisa mencari pertolongan. Kemana ia mencari pertolongan? Sedangkan sekolah masih keadaan seperti kuburan.

            “Hazira ! Hazira ! Haziraaaaa !.” Teriak nya histeris. Ia berlari cepat ke bawah dan menggapai ku. Ia memangku kepalaku di atas pangkuan nya.

            “Ahh .. Sial !.”  Gumamku dalam hati. Aku sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi disaat merasakan kepala yang terbentur planet-planet ruangan ini.

            “Hai hai hai Hazira ! Bangun bangun ! Buka mata mu hey !.” Panggilnya sambil mengoyak-ayik pipiku. Ia benar-benar khawatir, aku tidak pingsan. Aku kan spesies semacam Strong Woman buat apa aku pingsan. Mungkin yang membuat ku tidak berdaya adalah tatapan nya yang menebarkan bahu-bahu kasih sayang. Ooh sungguh indah tatapan nya. Ku buka mata ku perlahan-lahan. “Ternyata sakit juga rasanya terbentur tembok.” Ku pegangi kepalaku, rasa pening yang sangat akut menyerangku. Aku berusaha berdiri dan di damba oleh pegangan tangan nya, tetap saja aku tidak bisa berdiri, karna kepeningan ini.

            “Ini karma buruk mu !.” Ujar nya yang membuat ku tidak suka. Aku hanya bisa merasakan betapa pening nya kepala ini saat terbentur pojok-pojok tembok. Ku lihat ke arah kanan, terlihat sosok-sosok seseorang yang berjalan dengan sangat santai dan menuju ke arah ku. Ternyata, terlihat derap-derap langkah yang tidak asing bagiku, langkah  seribu ku terhenti begitu saja. Terlihat seseorang berjalan dengan gaya yang sangat dingin dan menyebalkan. Ku tolehkan pandangan ku disaat posisi ku masih dalam keadaan menggenggam tangan Stevan.

            “Ar..Arga !.” Kagetku sambil ternganga. Arga pun terlihat kaget dan tidak menyangka. Tidak menyangka? Entah apa yang tidak disangka nya ? Yang pasti raut mukanya sangat tidak mengenakan. Ia melontarkan tatapan sinis dan langsung pergi begitu saja dari hadapan ku. Aku heran kenapa dia seperti ini, lelaki blasteran Amerika itupun seperti merasakan serangan degup jantung yang sangat keras. Ya, kenapa aku mengatakan seperti ini?, karna sangat jelas ia memegangi dadanya disaat dia tau aku bersama dengan Stevan. “Apa dia sakit? Kenapa dia memegangi dadanya seperti itu?.”

            “Kakak, aku mencarimu dari tadi !.” Panggil Stevan kepada lelaki dingin itu. Aku kembali ternganga dan aku benar-benar tidak bisa menerima kenyataan. Apa yang ku lihat mungkin hanya mimpi atau aku masih dalam keadaan pingsan karna kepeningan ini?, aku tidak bisa menerima kenyataan ini semua. Sang Kakak yang begitu dingin dan sang Adik yang begitu sopan. Anak siapa mereka berdua ini? Apa memang mereka bersaudara?, aku hanya bisa diam dan ternganga di depan mereka berdua.

            Saat Stevan memanggil dengan panggilan itu, kenapa Arga tidak ingin menoleh?, ia hanya mengambil langkah seribu dengan pelan dan lemas tiada daya. Aku heran dengan mereka berdua, hanya rasa keingintahuan saja yang aku miliki di belakangan ini.

            “Ar..Arga ?.” Panggil ku lemah tiada daya. Disaat aku memanggilnya langkah nya terhenti dan ia masih saja tidak ingin melihat ku. Hah, rasa pening ku semakin bertambah merasakan dia. Aku semakin pusing bila terus-terusan begini, akhirnya tanpa banyak bicara Stevan langsung menyampirkan tangan ku ke atas leher nya dan mengangkat ku. Entah lah aku tidak tahu apa yang akan terjadi lagi di waktu yang akan datang. Yang kulihat, sosok dingin nya langsung hilang di hadapan ku. Ku rasa ia sedang membawa ku ke arah ruang Unit Kesehatan Sekolah, ku di taruh nya di atas ranjang lemah dan ku pegangi kepala bundar ku yang di kelilingi bintang berputar-putar di atasnya. Remang-remang aku lihat dirinya mengambil sebuah kapas dan menaruh cairan-cairan merah di atas kapas itu. Dia juga mengambil cairan dingin yang sangat perih “Astaga ! Aku benar-benar benci cairan itu.” Di usap nya cairan itu dengan sembari penuh kasih sayang. “Emmhh .. romantis sekali emhh.. serasa terbang di ruang angkasa.”  Batinku sambil berlagak salah tingkah.

            “Aduh ! Dasar, sakit tau !.” Bentaku kasar. Ia langsung terpental kaget  dan langsung membuang kapas yang berisi cairan itu, dan mengelus kepala ku dengan pelan-pelan. Sungguh, dia benar-benar kaget dengan bentakan ku yang super keras, dia menolongku dengan sembari penuh kasih sayang. Belum terlewati dua puluh empat jam aku seperti berteman selama berabad-abad lamanya.

            “Maaf aku tidak sengaja tadi !.”

            “Ngomong-ngomong Arga itu siapa mu?.” Tanya ku dengan nada sedikit ingin tahu.

            “Dia kakak ku, kita terpisah lama karna orang tua kita cerai, bahkan aku dan kakak bertemu di suatu media sosial dan bertemu disaat dia sakit parah. Aku bertemu bersekolah disini karna Ayah ku sudah meninggalkan ku jauh disana, dan akhirnya aku menempuh pendidikan sendiri dan bertemu dengan kakak.” Terang nya panjang lebar. Aku kaget mendengar semua sinopsis yang di kisah nya, ternyata Arga bagian dari keluarga Broken Home , Arga juga mengalami sakit parah. Apa yang di deritanya sampai-sampai dia sakit separah itu?. Stevan mencium aura-aura ke ingin tahuan, dan ia tetap saja menceritakan jati diri Arga yang sebenarnya.

            “Dia sosok yang paling ceria saat aku bermain denganya, ia tidak pernah bicara kasar terhadap siapa pun. Bahkan, disaat kita bertemu untuk yang pertama kalinya ia memeluk ku erat-erat sampai aku tidak bisa melepaskan pelukanya sampai dia kritis. Dia butuh darah yang amad sangat banyak, kebetulan juga Gen Blood ku sama dengan nya, aku tumpahkan darah sebanyak-banyak nya demi Kakak. Dan pada saat itulah ia masih bisa bertahan di atas ranjang lemah itu dan masih bisa bertahan hidup.” Jelas nya panjang lebar.

            “Sosok yang ceria? Tetapi nyata nya tidak! Dia sangat dingin dan sangat acuh.”

            “Aku tau, dia memendam rasa kepeningan nya bertahun-tahun. Dan semenjak dia mempunyai penyakit jantung stadium akhir.” Jelas nya sambil memasang raut muka yang sangat lemah. Sungguh, aku benar-benar kaget aku tidak menyangka ternyata jati diri dari pangeran dingin ku seperti ini. Tragis sekali hidup nya, perasaan ku mengeluarkan aura belas kasihan.

            “Emhh, tadi kenapa dia tidak memeluk mu?.” Tanyaku tiba-tiba bisa mengagetkan nya dan mulai sedikit agak berfikir.

            “Benar juga, kenapa dia?.” Terlihat ia berfikir memikirkan Sang Kakak nya dengan mengepalkan tangan kanan.

            “Aku lihat dia tadi memegang dadanya dan sedikit kaget. Aku tau dia sepertinya_-.” Belum sempat menjelaskan, Stevan langsung menyahut pembicaraan ku dan langsung berdiri serentak di hadapanku.

            “Apaaa ?, Jangan-jangan_-.” Kaget nya. Ia langsung mengambil langkah seribu dan menggapai pintu, di banting nya pintu sekeras-keras “Brakkk...”

            “Aku belum sempat menjelaskan kan tadi?.” Tanya ku dalam hati. Aku langsung membaringkan kepalaku lagi dan menaruh badan di atas ranjang lemah itu.

###

            Waktu menunjukan masuk pukul empat belas tiga puluh menit, waktu  dimana saat para siswa dan siswi pergi dan membawa tas masing--masing. Aku berjalan di koridor sekolah yang sangat sepi, semilir angin sore menerpa wajah ku, tenang nan sunyi rasanya melewati suasana seperti ini. Ku berhenti di lantai lima sebelah pagar, ku nikmati keindahan matahari yang memerah di atas, bunga-bunga di atas pot hiasan yang sedang asyik bergoyang. Tidak lama aku langsung menuju ke arah eskalator untuk menuju ke lantai bawah.Tiba-tiba,sebuah lemparan  lembut mengenai kepalaku,gumpalan kertas warna merah muda.Dengan agak bingung,aku langsung memungut benda itu.

            Jangan terlalu dekat dengan dia !

            -S.A-

            “Ha? Apa ini? Benar-benar tidak jelas.” Langsung ku remas benda itu menjadi gumpalan berat dan ku lemparkan ke tempat pembuangan. Kepalaku langsung memutar ke-segala arah,aku berfikir aku harus segera menghindar secepat mungkin dari tempat ini,belum sempat ternyata ada lemparan lagi yang mengenai punggungku.

            Tidak ! Ini untuk mu   

            Sekali lagi jangan dekati dia !

            -S.A-   

            Mataku mulai melongok ke arah mana pun. ”Ini surat ancaman atau bagaimana?.” Kepalaku menoleh ke segala arah dan menjelajahi semua yang ada disana. Aku berharap menemukan petunjuk siapa pengirim pesan ini yang sebenarnya. Nihil, tidak ada siapa-siapa selain aku disini, aku hanya menggeleng-gelengkan kepala dan ku remas kembali menjadi gumpalan. “Mungkin ini bukan untuku.” Tangan ku tergerak melemparkan kertas itu ke segala arah. Dan aku lajutkan kembali perjalananku. Lagi-lagi muncul lagi hantaman lembut yang mengenai kepala ku yang sehabis pagi ini sangat pening.

            Dengar aku !

            Jangan dekati dia !

            -S.A-

            Mataku kembali melongok ke segala arah, tetap saja kosong.  “Teror apa ini?.” Hm, aku tau di tempat yang sangat sunyi terdapat dua batang kaki yang sedang membunyikan derap-derap langkah nya, tetapi aku tetap saja diam dan berpura-pura tidak tau. Ku lanjutkan derap-derap langkah ku menuju lantai bawah, menyusuri tiap koridor yang sepi sunyi. Tidak lama aku sudah berada di bagian lantai bawah, terdengar bunyi benda elektronik yang menandakan sebuah pesan masuk. Bunyi yang sangat berisik merusak atmosfer ketenangan ku sore ini, tanpa banyak ragu langsung ku pungut benda elektronik itu dan ku buka pesan.

            01 Message received

            Temui aku di Alun-alun sekarang..!

            16.00 pm

            Sosok dingin itu mengirim kan pesan kepada ku. Aku benar-benar tidak ada waktu untuk sore ini, tanpa ku balas jemari lentiku langsung mendaya matikan benda elektronik itu dan ku masukan ke dalam saku tas. Aku tersenyum tipis melihat si pengirim pesan itu, kebimbangan tercetak jelas di wajah ku.  Memilih untuk pulang atau menemui nya di alun-alun. Aku mencoba memikirkan baik-baik apa yang harus aku lakukan, jika aku tidak pulang aku pasti akan di marahi dari rumah. Tetapi jika aku tidak menemuinya dia menungguku lama disana, akhirnya aku memutuskan untuk berbalik badan dan pulang tanpa mmikirkan sosok dingin itu lagi lagian kan besok kan aku ada lomba dance kurasa dia bisa menemuiku besok di belakang panggung.

###

            Mataku tergerak ke segala arah, mengamati satu persatu setiap orang. “Dimana dia?,bukanya dia masuk sekolah dan dia otomatis melihatku perform hari ini.” Tercetak aura kegelisahan di dalam benaku, ku berlari-lari tiada pasti disana, sudah empat jam aku menunggu nya sampai aku selesai tampil pun aku belum melihat batang hidung nya sedikit pun.

            “Hazira, ini minum untukmu! Kamu pasti lelah sehabis tampil.” Ucap teman ku sambil menyuguhkan satu botol minum. Aku langsung menerima nya dan tetap melanjutkan untuk mencari sosok dingin itu, langkah demi langkah ku lalui kini genap, ku berhentikan derap langkah ku dan tak sengaja ku dengarkan suatu pembicaraan yang membuatku terpental kaget.

            “Yah, Arga di rumah sakit kritis ya?.”

            “Iya, ku dengar juga begitu.”

            “Hah, kasian sekali dia.”

            Mendengar pembicaraan itu, membuat bulu kuduk ku berdiri dan tegang. Aku langsung menerobos mereka dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi, aku benar-benar ragu kenapa ini semua bisa terjadi seperti ini.

            “Mmm..Maksud kalian apa?.” Tanya ku.

            “Arga kritis di rumah sakit. Bahkan, anak baru itu tidak masuk sekolah hari ini,.”

            “Apa ?.” Kaget ku. Aku tercengang mendengar ini semua aku lemah di tempat dan langsung syok mendengar berita ini.

            “Dia kritis di Rumah Sakit Hallym University Medical Center cepatlah datang kesana!.”  Ujar seorang temanku. Aku membuka ponsel dan ternyata ada pesan masuk dari sosok dingin itu.

            01 Message Received

            Menangislah  keras meski hanya sekali.

            Dan lihatlah cermin di depan mu, aku dulu menangis seperti itu

            Jadilah kuat setelah detik ini, karna kamu akan kehilangan aku.

Aku langsung mengambil langkah seribu untuk menuju tempat dimana ia terbaring lemah disana. Rinai-rinai hujan yang ku lewati membasahiku, rimai-rinai hujan yang menemaniku sampai aku datang di tempat dimana ia terbaring lemah. Basah kuyup badan ku tersentuh rinai hujan. Aku tidak peduli dengan suasana hujan. Suara gemuruh di langit membuat ku takut tetapi, tekad ku untuk menggapai sosok dingin itu tetap ada. Aku tidak peduli dengan cuaca, meski angin badai menerpa ku sampai aku tidak kuat berlari pun aku tetap akan ke rumah sakit itu, aku berlari dan mengejar waktu. Aku berharap bisa melihat ia tersenyum dan lebih lama lagi. Hujan pun juga turun di ikuti oleh kelopak mataku yang bengap ini, dan tidak lama akhirnya aku memasuki ruangan, dan aku berada di persimpangan ruangan sunyi dan akhirnya ku temukan sebuah ruangan ICU, tidak sengaja aku menabrak seorang lelaki yang seperti nya sedang berduka.  “BRAKK..”

“Oh maaf mas aku_-.” Dan ternyata tidak salah lagi yang aku tabrak adalah Stevan,  ia melihat ku dengan tatapan wajah yang kusut dan ku oyak-ayik badan nya ku tanya sedang berada dimana kakak nya, tetapi ia tidak mau menjawab nya sama sekali. Aku benar-benar syok. Ditariklah tangan ku oleh nya dan ia membawa ku sampai pada ruangan yang sangat mengagetkanku. Dimana terdapat banyak orang yang terkerukup kain-kain putih di atas nya.

“Ruangan apa ini? Apa arti semua ini? Jawab aku!.” Tanya ku sambil nada syok. Ia hanya terdiam. Diserahkan nya sebuah tulisan tangan yang sangat mungil kata Stevan ia sempat sadar satu jam lalu. Ku terima lembaran tulisan itu, dan ini adalah tulisan terakhir untuku. Aku membaca lembaran yang tergores kata-kata itu..

Terkadang, aku ingin menghapus perasaan ini. Namun, aku tahu bahwa cinta tidak bisa pergi. Kenanglah aku selalu, menangislah sepuasmu ! Dan setelah itu, ikhlas kan aku tuk pergi sendirian.

Tak ingin meninggalkan, tak ingin kehilangan. Waktu terus berlalu, kita semakin jauh.  Percayalah, aku selalu dalam pelukanmu. Kamulah utama ku, pegang kedua tanganku sejenak saja! Keabadian akan selalu bersama.





Step...Step..

Langkah per langkah kita akhirnya jauh. Hari ini sangat nihil bagiku, semua melihatku tersenyum saat ini. Maafkan aku, sempat menerormu hari itu. Maafkan aku, sempat mengajakmu ke tempat dimana aku mengungkapkan perasaanku padamu. Maafkan aku juga, karna sifatku yang begitu acuh. Sebenarnya, aku memendam perasaan ku padamu dan penyakit ku yang sangat ganas ini. Jika memang rencana Tuhan akan kepergian ku tertunda, aku ingin mengulurkan satu senyuman sembari kasih sayang terhadap mu. Meski, untuk yang terakhir kalinya.  Ingatlah, setiap semilir angin halus yang menerpa mu itu adalah aku. Jiwaku tiada tetapi ruh ku tetap ada singgah di sampingmu.

Aku memendam rasa ku sendiri, karna ku tau di suatu hari perasaan ini akan lelah dengan sendirinya. Ice price, ini lah Love Story about you ! #Hazira. yang selalu ku pendam sendirian.

Sejenak aku berfikir, jika aku pergi bagaimana denganmu? Jika aku berkata kembali aku sendiri tidak akan percaya. Butiran pasir berjatuhan dan waktu kita tidak bisa terulang kembali. It’s okay..

Saat aku pamit, kau mungkin ragu

Saat ku pergi, kau bingung

Saat aku pergi jauh dari mu, aku baru tahu.

Betapa berarti nya kamu bagiku #Hazira

I promies that I’ll comeback to you, Dont worry !

See you...

Terdapat banyak tulisan berjejeran di atas lembaran  ini. Datanglah sebuah semilir angin yang menerpaku dan berbisik di telinga kanan ku. Datanglah sebuah tangis tragis yang mengeluarkan suara teriakan keras dan isakan-isakan keras. Aku tergeletak di bawah, menangis tersedu-sedu, aku berteriak seakan ruangan itu adalah miliku sendiri. Stevan memeluk ku, berduka atas semua yang terjadi hari ini. Ku menatap langit-langit ruangan, remang-remang penglihatanku melihat semua yang ada di depan ku. Mataku menurunkan gerimis air pada hari yang sangat menyedihkan ini. Rintikan air deras ini adalah pengiring untuk kepergian nya. Hatiku pernah sakit, tapi tidak pernah sesakit ini, kemanakah perasaan ini harus menepi? Aku jatuh, aku takluk sampai tidak tahu waktu utuh. Teriakan nan tangis ku mengiringi seluruh isi atmosfer ruangan. Udara ku menghilang, kenangan pun terlukis. Tawaku menghilang, rasanya seperti bulan yang bimbang bercerita untuk menghilang dari kenyataan yang sepahit ini. Aku berharap, tetapi bimbang. Menantimu untuk kembali? Tidak akan terjadi. Kau sudah seperti embun di pagi buta saat ini. Membisu selamanya, letih dalam tenang.  Kemarin kurasa memang begitu adanya, rasanya biasa saja. Dia tidak pernah istimewa, tapi ketika dia pergi dan tidak ada lagi, hati ini kosong melompong. Seakan-akan aku ingin mengembalikan nya ke dunia lagi. Sebuah pelukan menempel di pundaku. Ku buka tutup yang menyelimuti seluruh badan Arga, ku buka pelan-pelan dan ku dekatkan wajahku dengan wajah nya. Rintikan air mata jatuh di atas wajah nya, tersungging sebuah senyuman membisu. “Scenario apa ini?Kenapa jadi seperti ini? Kenapaaa?.” Rintikan hujan mengalir deras, hanya air mata yang bisa berbicara dimana mulut yang aku miliki tidak mampu untuk meluapkan apa yang membuatku terluka. Sedetik saja aku mencintaimu, namun butuh berabad-abad untuk melupakan sosok mu. Aku belum sempat menempati hati nya seperti layak  nya bidadari kecil, tetapi ia sudah pergi jauh untuk selamanya.         –A LOVE LIKE A FAIRY TALE- #ARGA

###

            Lihatlah di mataku
Bisakah kamu melihat detak jantungku?
Berputar-putar ke mana pun aku pergi
Lihatlah di mataku
Ku akan slalu berada di samping mu
kau biarkan ku di telepon

Step Step
Kemana kita pergi sekarang?
Rasanya seperti tersesat dalam labirin yang salah
Step Step
Di sini kita setengah jalan pulang
Dan kita tidak akan pernah menyerah

           

            Suara tuts-tuts piano ku mainkan di kediaman malam,  di lirik genap aku berhenti memainkan musik dan melihat ke arah luar, aku duduk di beranda jendela kamar bersama piano besarku di temani oleh semilir tiupan- tiupan angin. Ku tatap bulan dan bintang yang menempel di langit berjejeran. Tiba-tiba ku teringat akan wajahmu yang sangat dingin. Tiba-tiba ku teringat akan gaya yang biasa kau pakai. Tiba-tiba ku teringat akan senyuman yang kau sunggingkan di terakhir kalinya. Rasa hangat tiba-tiba tercipta oleh semilir angin yang melewatiku. Tiba-tiba rindu menjalar ke seluruh tubuh, bagaikan air yang mengali deras. Hanya Tuhan yang mengerti. Apa yang aku rasakan saat ini. Sepertinya telah habis kata, hanya kebahagiaan saja hari ini karena nya. Ingin ku membuka mataku lebar-lebar dan keluar dari kenyataan ini, biarlah semua megalir apa adanya seperti air yang mengalir sejauh-jauhnya hingga air itu kembali kepada ujung hulunya. Aku juga manusia biasa, yang belajar untuk bersabar dan menerima kenyataan terhadap Love Stories ini.

            Aku terdiam sambil mengamati ruang angkasa, sadar ataukah tidak aku mengulurkan senyum, ku ulurkan senyuman meski hanya sedikit saja untuk menutupi rasa perih dan rindu yang menjalar ini. Perlahan, aku menghirup nafas dalam dari hidung, lalu ku hembuskan secara perlahan lewat hidung. Tangan ku tergerak untuk mengambil sebuah buku kecil, ku tempelkan tulisan Arga yang di tulisnya kemarin yang terakhir kalinya. Sebuah ide terlintas di pikiranku. Ku ambil sebuah buku catatan kecil yang berada di sampingku, mulai ku buka dan menggoreskan beberapa kata di dalam sana.



            Belajar bersyukur...

            Yang telah di beri dan di ambil jauh

            Yang telah hilang dan masih bertahan.

            Termasuk hadirmu.. #Arga

            ~by : Irma Hazira~ 

           

T A M A T
  Hai, untuk kalian yang udah berkunjung ke situs ini. Hazira ucapin makasih ya..
  Termasuk teman"ku yang udah Support aku semua. Jangan lupa untuk komentar dibawah.
  SEMOGA KALIAN MENIKMATI ARTIKEL YANG ADA HEHE.. Dont forget to  comeback to this site again
KASAHAMNIDA  
DONT FORGET TO FOLLOW MY INSTAGRAM :
@zheng.min