LOVE STORY
Ice prince
Arga & Hazira
By : IRMA HAZIRA AWALINDA RAMADHANA
Terasa
hampa ruangan ini, tiada angin-angin yang menerpa wajah ku, panas pengap dan
lelah rasanya. Tak sengaja aku tergugah dari tidurku, mata terasa berat untuk
membua. Panas, pengap lelah telah menyerangku hari ini, benar-benar padat
jadwal yang ku jalani siang ini. Tanpa kusadari, kubuka pelan-pelan kelopak
mataku tidak kusangka aku berada di atas sandaran sang pangeran dingin. Aku
sangat kaget, aku tertidur di atas bahu nya dimana tempatku bersandar. Ia juga
tertidur pulas, aku rasa ia sangat pening terhadap kegiatan nya saat ini. Aku
mengedarkan pandanganku ke seluruh ruangan sepi nan sunyi. Hanya tertinggal aku
dan pangeran dingin ini yang sedang menikmati kepeningan ini.
Aku menatap nya dengan sembari penuh perasaan, aku tahu sifatnya
memang dingin, pendiam tetapi aku yakin
ia memiliki jati diri tentang cinta yang ia pendam selama bertahun-tahun
lamanya. Tidak lama kemudian, ia membuka matanya secara perlahan dan melihati ku
dengan serius. Aku menyunggingkan senyum manis kepadanya.
“Ahh..Kenapa aku
senyum-senyum sendiri, efek apa ini?.” Batinku dalam hati
“Kamu disini?
Ke....kenapa aku bisa tidur di ruang latian ini?.”
“Tadi kita latihan di ruang studio dance ini bersama-sama dan aku tiduran disini karna
kelelahan mungkin sama denganmu. Maaf kan aku, aku tadi tidak merasa kalau aku
tidur di atas pundakmu.”
“Apa kamu bilang?.” Jawab dia dengan nada dingin.
“Oh...Tidak, bukan itu maksudku begini_-_.” Belum sempat
menjelaskan dia sudah memotong pembicaraanku dan tidak ingin mendengarkan
pembicaraan ku, dia pergi begitu saja dan meninggalkan ku seorangan saja di
ruang itu.
“Sudahlah, yang berlalu
biarlah berlalu !.” Jawab
dinginya tanpa melihat lawan bicaranya, sambil meninggalkan ruangan dan
menggapai lubang ruangan untuk segera keluar.
“DASARR COWOK
DINGIN!.” Ejek ku agak keras sebelum
ia menggapai lubang ruangan yang akan di deritnya. Ia berhenti mendadak dan
menatapku dengan tatapan sinis yang sangat dingin.
“Apa kamu bilang?.” Tanya nya sambil bergaya cool di depanku. Mulutku terbungkam
keras dan tidak bisa berkata apa-apa. Sungguh tatapan singa telah datang
kepadaku, rasanya ia ingin memangsaku hidup-hidup disini. Aku terbungkam keras
dan tidak bisa berkata apa-apa lagi, aku sungguh merasa bersalah. Tapi kenapa
harus bersalah memang benar kan dia sangat dingin.
“Hei
monyet! Jawab !.” Bentak nya nada datar tetapi sangat tidak sopan.
“Apa
kamu bilang?.” Bentaku keras kepadanya, meski aku menbentaknya ia hanya
bersikap santai dan seperti tidak merasa bersalah.
“Nanya
balik?.” Sambil menggerakan alis
kirinya.
“Maaf tadi.” Jawabku sambil memasang topeng kusut
dengan raut muka yang sangat merasa bersalah. Sebenarnya, aku tidak merasa
bersalah sama sekali. Buat apa? Dia seperti tidak ada sopanya kepadaku.
“Tidak
ada kata maaf!.”
“Apa
!.” Sahutku.
“Diam
!.” Ia mengucapkan kata terakhirnya dengan melototiku, dan meninggalkan ruangan
dengan menggapai pintu. Dan pintu pun berderit, aku sendirian dan akhirnya aku
bebas dengan suasana dinginya. Kembali suasana hangat yang kunantikan sekarang,
karna tidak ada sosoknya ruangan sangat begitu hangat dan tiada kata sok cool di depanku.
Dia memang dingin, aku juga tidak terlalu suka dengan
sifatnya yang terlalu cuek. Aku benar-benar muak dengan muka datarnya. Arga, ya
benar namanya adalah Arga. Seorang lelaki yang tampan, dingin, dan tidak
terlalu suka dengan keributan. Ia sangat misterius. Aku sangat bingung jika
saat membuka topik pembicaraan denganya, pastinya aku bingung karna dia sangat
tidak suka dengan orang yang terlalu banyak bicara. Mungkin aku harus
pelan-pelan mendekatinya. Tiba-tiba hatiku tergerak untuk mengetahui jati diri
nya sebenarnya. Ku rasa, dia bukan bawaan dari kecil sifat seperti ini mungkin
saja ia mempunyai masalah yang sangat berat sampi ia selalu memendam nya. “Hah, aku terlalu sok tau.”
###
Di pagi yang cerah, jarum jam menunjukan pukul lima lebih
tiga puluh menit ketika terdengar bunyi bantingan pintu yang cukup keras serta
diikuti dengan derap langkah kaki yang begitu keras dan terburu-buru. “Astagaaa! Pagi-pagi begini sudah ada yang
datang ke sekolah ?.” Gumamku dalam hati sambil menahan derap-derap
langkahku. Aku hanya bisa menahan derap-derap langkahku dan menolehkan kepala
ke arah kiri dengan pelan.
“Astagaa!Siapa
kamu?.” Kagetku, suaraku memecahkan
atmosfer kesunyian. Ia juga kaget melihatku berteriak gema seperti ini. Dia
siapa kira-kira. Ku tatap dia dengan tatapan tajam ku telusuri penampilan dan
raut-raut wajahnya, sangat begitu cerah. Aku hanya terkejut, mulutku ternganga
melihat penampilanya. Dengan di
sampirnya tas di bahu kanan nya, dan memungut bola basket sebelah tangan kirinya. “Siapa ini Ya Tuhan..? Dia
menawan sekali.”
“Halo,
maaf aku anak baru disini, aku sengaja berangkat pagi agar tidak kesiangan.”
Jelasnya sambil menundukan badan layaknya memberi salam.
“Ka..Kamu
anak baru, oh iya namaku Hazira.” Balasku sambil mengulurkan tangan sebagai
tanda perkenalan.
“Iya, kenalin aku Stevan. Aku pindahan dari Bandung. Maaf
ya tadi sempat buat kamu kaget. Karna, aku juga tahu kalau ini masih terlalu
pagi untuk ke sekolah. Oh iya ngomong-ngomong kamu ada apa pergi ke sekolah
sepagi ini?.” Tanya nya panjang lebar. Aku sangat ambigu ingin menjawab yang
mana dulu, ku cermati satu persatu pertanyaan sang lelaki basket ini dengan
pelan-pelan.
“Iya, tidak apa-apa. Aku kesini pagi-pagi hanya untuk
melaksanakan tugas dari lab IPA .” Aku hanya menggelengkan kepala melihat
penampilanya, sungguh menawan, lebih tampan dan sopan.
“Ya sudahlah, aku ingin ke Lab IPA. Mau ikut?.” Ajaku
kepadanya.
“Emmh, boleh. Dengan senang hati.” Jawabnya langsung. Ia
menyuggingkan senyum manis nya, “Ya
Tuhan, apa ini? Baru saja aku kenal. Tetapi dia sangat memikat perhatianku.”
Di tengah-tengah tangga sekolah, derap-derap langkah ku
denganya berjalan secara bersamaan. Ia selalu membuka balon obrolan untuk topik
permbicaraan, semua pertanyaan darinya selalu aku jawab sesuai dengan
pertanyaan yang di tanya olehnya. Ratusan langkah ku lewati bersamanya, aku
tidak melihat sosok dingin di sekitar ku. Terkadang, sosok dingin itu suka
berkeliaran pagi-pagi di lapangan basket. Tetapi tumben sekali batang hidung
sosok dingin itu tidak terlihat sama sekali. “Lagian buat apa aku mencari nya? Ah sial-_ Jangan-jangan aku jatuh
cinta hahahaa !.”
Tidak lama derap langkah ku dan laki-laki itu
berhenti bersamaan, ruang yang ku tuju pun sudah ada di depanku, ku deritkan
pintu pelan. “Kreek..kreek..”
Terlihat butiran-butiran debu berterbangan alat-alat LAB yang berserakan. Pekerjaan yang sangat
berat bagiku.
“Kotor banget?.” Tanya nya dengan raut muka yang sangat
tidak mengenakan di depanku. Aku saja tidak suka dengan keadaan LAB IPA yang
seperti ini, apalagi hanya aku sendirian yang membersihkanya. Sepi nan sunyi
menyelimuti atmosfer ruangan ini. Ku ucapkan kata demi kata pasti bergema. “Bodohnya aku mau membersihkan seperti
ini?.” Gumamku.
“Ehem, kok berhenti di pintu? Ayo aku bantu bersihin
ruangan nya!.” Ajaknya senang hati.
“Apa? Serius?.”
Jawabku sambil bertingkah sok imut di depanya.
“Iya, dua rius malahan! Let’s go we clean in the room!.”
Jawabnya bersemangat. Dia benar-benar tulus membantuku pagi ini.
Padahal, belum terlompat dua puluh empat jam aku dekat denganya, tetapi dia
sudah bisa memikat perhatian ku. “Sungguh,
dia sangat menawan.” Terlihat ia menggapai pojok ruangan, meletakan tas
yang di pungutnya dan bola basket yang di bawanya. Ku bersihkan celah-celah
ruangan dan ku sapu debu-debu halus yang menempel di permukaan lantai dengan
penuh semangat.
###
Satu jam berlalu...
Aku melihat tetes keringat yang bercucuran di dahinya,”Aku rasa dia lelah.” ku dekati dia tepat di bawah meja dimana ia
sedang beristirahat dan bersandar, ku
ambil selembar kain sapu tangan ku suguhkan kain itu kepadanya.
“Ini usap keringat mu !.” Kataku sambil menyebarkan
pesona sembari perhatian.
“Ah iya Zira.” Jawabnya sambil menerima kain sapu tangan
yang ku suguhkan. Di usapnya cucuran keringat itu seperti mengusap kenangan di
masa lalu. Terusap dan bersih hilang tanpa bekas, mulut ku kembali ternganga
menatapnya. Aku saja tidak sadar kenapa aku bisa seperti ini? Mungkin efek
senang. Aku tetap melamun saat menatap nya. Tidak lama kemudian, benda bercair
di atas meja jatuh dan hampir mengenaiku. Benda yang sangat beracun dan tidak
boleh tersentuh oleh tangan,aku benar-benar kaget. Stevan langsung menarik
tangan ku dan berusaha melindungiku dari tumpahan benda cairan racun itu. Aku
di genggam nya, dan aku di peluknya. “Astagaa!
Apa ini?.” Sungguh kaget bukan main. Aku saja tidak bisa menyangka apa yang
sebenarnya terjadi. Aku tetap diam dan ambigu. Aku menoleh ke arah belakang dan
aku lihat ada tumpahan cairan Kimia berwarna merah yang terpapar disitu. Aku
benar-benar bingung, bagaimana cara membersihkan nya. Ku biarkan tumpahan air
racun itu sendirian dan kutarik tangan dia untuk keluar dan meninggalkan
ruangan. Aku mengambil langkah seribu agar aku tidak dikenai hukuman oleh guru.
“Eh, kita mau kemana?.” Tanya nya sambil ku tarik tangan
nya sekeras-keras nya . Mengambil langkah seribu sebelum seorang guru
mengetahui ada yang merusakan fasilitas laboratorium.
“Sudahlah ! Ikut aku pergi dari sini sebelum ada guru
yang melihat nya ayo cepat ambil tas mu !.” Ajak ku tergesa-gesa. Aku
benar-benar seperti cacing kepanasan yang tidak tahu arah. Aku ajak dia kabur
dan ku tinggalkan ruangan itu. Aku tergesa-gesa sampai aku lupa menalikan tali
sepatu ku dan sampai pada akhirnya aku
terjatuh di atas tangga lantai dua. “BRAAAKK
!.” Aku tergelinding di atas tangga
itu dan kepala ku terbentur tembok bagian pojok yang runcing. “Jddaakkkk..!.” Stevan hanya bisa
berteriak dan bergegas menolongku, ia tidak bisa mencari pertolongan. Kemana ia
mencari pertolongan? Sedangkan sekolah masih keadaan seperti kuburan.
“Hazira ! Hazira ! Haziraaaaa !.” Teriak nya histeris. Ia
berlari cepat ke bawah dan menggapai ku. Ia memangku kepalaku di atas pangkuan
nya.
“Ahh .. Sial !.” Gumamku dalam hati. Aku sudah tidak bisa
berkata apa-apa lagi disaat merasakan kepala yang terbentur planet-planet
ruangan ini.
“Hai hai hai Hazira ! Bangun bangun ! Buka mata mu hey
!.” Panggilnya sambil mengoyak-ayik pipiku. Ia benar-benar khawatir, aku tidak
pingsan. Aku kan spesies semacam Strong
Woman buat apa aku pingsan. Mungkin yang membuat ku tidak berdaya adalah
tatapan nya yang menebarkan bahu-bahu kasih sayang. Ooh sungguh indah tatapan
nya. Ku buka mata ku perlahan-lahan. “Ternyata
sakit juga rasanya terbentur tembok.” Ku pegangi kepalaku, rasa pening yang
sangat akut menyerangku. Aku berusaha berdiri dan di damba oleh pegangan tangan
nya, tetap saja aku tidak bisa berdiri, karna kepeningan ini.
“Ini karma buruk mu !.” Ujar nya yang membuat ku tidak
suka. Aku hanya bisa merasakan betapa pening nya kepala ini saat terbentur
pojok-pojok tembok. Ku lihat ke arah kanan, terlihat sosok-sosok seseorang yang
berjalan dengan sangat santai dan menuju ke arah ku. Ternyata, terlihat
derap-derap langkah yang tidak asing bagiku, langkah seribu ku terhenti begitu saja. Terlihat
seseorang berjalan dengan gaya yang sangat dingin dan menyebalkan. Ku tolehkan
pandangan ku disaat posisi ku masih dalam keadaan menggenggam tangan Stevan.
“Ar..Arga !.” Kagetku sambil ternganga. Arga pun terlihat
kaget dan tidak menyangka. Tidak menyangka? Entah apa yang tidak disangka nya ?
Yang pasti raut mukanya sangat tidak mengenakan. Ia melontarkan tatapan sinis
dan langsung pergi begitu saja dari hadapan ku. Aku heran kenapa dia seperti
ini, lelaki blasteran Amerika itupun seperti merasakan serangan degup jantung
yang sangat keras. Ya, kenapa aku mengatakan seperti ini?, karna sangat jelas
ia memegangi dadanya disaat dia tau aku bersama dengan Stevan. “Apa dia sakit? Kenapa dia memegangi dadanya
seperti itu?.”
“Kakak, aku mencarimu dari tadi !.” Panggil Stevan kepada
lelaki dingin itu. Aku kembali ternganga dan aku benar-benar tidak bisa
menerima kenyataan. Apa yang ku lihat mungkin hanya mimpi atau aku masih dalam
keadaan pingsan karna kepeningan ini?, aku tidak bisa menerima kenyataan ini
semua. Sang Kakak yang begitu dingin dan sang Adik yang begitu sopan. Anak
siapa mereka berdua ini? Apa memang mereka bersaudara?, aku hanya bisa diam dan
ternganga di depan mereka berdua.
Saat Stevan memanggil dengan panggilan itu, kenapa Arga
tidak ingin menoleh?, ia hanya mengambil langkah seribu dengan pelan dan lemas
tiada daya. Aku heran dengan mereka berdua, hanya rasa keingintahuan saja yang
aku miliki di belakangan ini.
“Ar..Arga ?.” Panggil ku lemah tiada daya. Disaat aku
memanggilnya langkah nya terhenti dan ia masih saja tidak ingin melihat ku. Hah,
rasa pening ku semakin bertambah merasakan dia. Aku semakin pusing bila
terus-terusan begini, akhirnya tanpa banyak bicara Stevan langsung menyampirkan
tangan ku ke atas leher nya dan mengangkat ku. Entah lah aku tidak tahu apa
yang akan terjadi lagi di waktu yang akan datang. Yang kulihat, sosok dingin
nya langsung hilang di hadapan ku. Ku rasa ia sedang membawa ku ke arah ruang
Unit Kesehatan Sekolah, ku di taruh nya di atas ranjang lemah dan ku pegangi
kepala bundar ku yang di kelilingi bintang berputar-putar di atasnya.
Remang-remang aku lihat dirinya mengambil sebuah kapas dan menaruh
cairan-cairan merah di atas kapas itu. Dia juga mengambil cairan dingin yang
sangat perih “Astaga ! Aku benar-benar
benci cairan itu.” Di usap nya cairan itu dengan sembari penuh kasih
sayang. “Emmhh .. romantis sekali emhh..
serasa terbang di ruang angkasa.” Batinku sambil berlagak salah tingkah.
“Aduh ! Dasar, sakit tau !.” Bentaku kasar. Ia langsung
terpental kaget dan langsung membuang
kapas yang berisi cairan itu, dan mengelus kepala ku dengan pelan-pelan.
Sungguh, dia benar-benar kaget dengan bentakan ku yang super keras, dia menolongku
dengan sembari penuh kasih sayang. Belum terlewati dua puluh empat jam aku seperti
berteman selama berabad-abad lamanya.
“Maaf aku tidak sengaja tadi !.”
“Ngomong-ngomong Arga itu siapa mu?.” Tanya ku dengan
nada sedikit ingin tahu.
“Dia kakak ku, kita terpisah lama karna orang tua kita
cerai, bahkan aku dan kakak bertemu di suatu media sosial dan bertemu disaat
dia sakit parah. Aku bertemu bersekolah disini karna Ayah ku sudah meninggalkan
ku jauh disana, dan akhirnya aku menempuh pendidikan sendiri dan bertemu dengan
kakak.” Terang nya panjang lebar. Aku kaget mendengar semua sinopsis yang di
kisah nya, ternyata Arga bagian dari keluarga Broken Home , Arga juga mengalami sakit parah. Apa yang di
deritanya sampai-sampai dia sakit separah itu?. Stevan mencium aura-aura ke
ingin tahuan, dan ia tetap saja menceritakan jati diri Arga yang sebenarnya.
“Dia sosok yang paling ceria saat aku bermain denganya,
ia tidak pernah bicara kasar terhadap siapa pun. Bahkan, disaat kita bertemu
untuk yang pertama kalinya ia memeluk ku erat-erat sampai aku tidak bisa
melepaskan pelukanya sampai dia kritis. Dia butuh darah yang amad sangat
banyak, kebetulan juga Gen Blood ku
sama dengan nya, aku tumpahkan darah sebanyak-banyak nya demi Kakak. Dan pada
saat itulah ia masih bisa bertahan di atas ranjang lemah itu dan masih bisa
bertahan hidup.” Jelas nya panjang lebar.
“Sosok yang ceria? Tetapi nyata nya tidak! Dia sangat dingin
dan sangat acuh.”
“Aku tau, dia memendam rasa kepeningan nya
bertahun-tahun. Dan semenjak dia mempunyai penyakit jantung stadium akhir.”
Jelas nya sambil memasang raut muka yang sangat lemah. Sungguh, aku benar-benar
kaget aku tidak menyangka ternyata jati diri dari pangeran dingin ku seperti
ini. Tragis sekali hidup nya, perasaan ku mengeluarkan aura belas kasihan.
“Emhh, tadi kenapa dia tidak memeluk mu?.” Tanyaku
tiba-tiba bisa mengagetkan nya dan mulai sedikit agak berfikir.
“Benar juga, kenapa dia?.” Terlihat ia berfikir
memikirkan Sang Kakak nya dengan mengepalkan tangan kanan.
“Aku lihat dia tadi memegang dadanya dan sedikit kaget.
Aku tau dia sepertinya_-.” Belum sempat menjelaskan, Stevan langsung menyahut
pembicaraan ku dan langsung berdiri serentak di hadapanku.
“Apaaa ?, Jangan-jangan_-.” Kaget nya. Ia langsung
mengambil langkah seribu dan menggapai pintu, di banting nya pintu
sekeras-keras “Brakkk...”
“Aku belum sempat
menjelaskan kan tadi?.” Tanya ku dalam hati. Aku langsung membaringkan
kepalaku lagi dan menaruh badan di atas ranjang lemah itu.
###
Waktu menunjukan masuk pukul empat belas tiga puluh
menit, waktu dimana saat para siswa dan
siswi pergi dan membawa tas masing--masing. Aku berjalan di koridor sekolah
yang sangat sepi, semilir angin sore menerpa wajah ku, tenang nan sunyi rasanya
melewati suasana seperti ini. Ku berhenti di lantai lima sebelah pagar, ku
nikmati keindahan matahari yang memerah di atas, bunga-bunga di atas pot hiasan
yang sedang asyik bergoyang. Tidak lama aku langsung menuju ke arah eskalator
untuk menuju ke lantai bawah.Tiba-tiba,sebuah
lemparan lembut mengenai
kepalaku,gumpalan kertas warna merah muda.Dengan agak bingung,aku langsung
memungut benda itu.
Jangan
terlalu dekat dengan dia !
-S.A-
“Ha? Apa ini? Benar-benar tidak
jelas.” Langsung ku remas benda itu menjadi gumpalan berat dan ku lemparkan ke
tempat pembuangan. Kepalaku langsung memutar ke-segala arah,aku berfikir aku
harus segera menghindar secepat mungkin dari tempat ini,belum sempat ternyata
ada lemparan lagi yang mengenai punggungku.
Tidak
! Ini untuk mu
Sekali lagi jangan
dekati dia !
-S.A-
Mataku mulai melongok ke arah mana
pun. ”Ini surat ancaman atau bagaimana?.”
Kepalaku menoleh ke segala arah dan menjelajahi semua yang ada disana. Aku
berharap menemukan petunjuk siapa pengirim pesan ini yang sebenarnya. Nihil,
tidak ada siapa-siapa selain aku disini, aku hanya menggeleng-gelengkan kepala
dan ku remas kembali menjadi gumpalan. “Mungkin
ini bukan untuku.” Tangan ku tergerak melemparkan kertas itu ke segala
arah. Dan aku lajutkan kembali perjalananku. Lagi-lagi muncul lagi hantaman
lembut yang mengenai kepala ku yang sehabis pagi ini sangat pening.
Dengar
aku !
Jangan dekati dia
!
-S.A-
Mataku kembali melongok ke segala
arah, tetap saja kosong. “Teror apa ini?.” Hm, aku tau di tempat
yang sangat sunyi terdapat dua batang kaki yang sedang membunyikan derap-derap
langkah nya, tetapi aku tetap saja diam dan berpura-pura tidak tau. Ku
lanjutkan derap-derap langkah ku menuju lantai bawah, menyusuri tiap koridor
yang sepi sunyi. Tidak lama aku sudah berada di bagian lantai bawah, terdengar
bunyi benda elektronik yang menandakan sebuah pesan masuk. Bunyi yang sangat
berisik merusak atmosfer ketenangan ku sore ini, tanpa banyak ragu langsung ku
pungut benda elektronik itu dan ku buka pesan.
01
Message received
Temui aku di
Alun-alun sekarang..!
16.00 pm
Sosok dingin itu mengirim kan pesan
kepada ku. Aku benar-benar tidak ada waktu untuk sore ini, tanpa ku balas
jemari lentiku langsung mendaya matikan benda elektronik itu dan ku masukan ke
dalam saku tas. Aku tersenyum tipis melihat si pengirim pesan itu, kebimbangan
tercetak jelas di wajah ku. Memilih
untuk pulang atau menemui nya di alun-alun. Aku mencoba memikirkan baik-baik
apa yang harus aku lakukan, jika aku tidak pulang aku pasti akan di marahi dari
rumah. Tetapi jika aku tidak menemuinya dia menungguku lama disana, akhirnya aku
memutuskan untuk berbalik badan dan pulang tanpa mmikirkan sosok dingin itu
lagi lagian kan besok kan aku ada lomba dance
kurasa dia bisa menemuiku besok di belakang panggung.
###
Mataku tergerak ke segala arah, mengamati satu persatu
setiap orang. “Dimana dia?,bukanya dia masuk
sekolah dan dia otomatis melihatku perform hari ini.” Tercetak aura
kegelisahan di dalam benaku, ku berlari-lari tiada pasti disana, sudah empat
jam aku menunggu nya sampai aku selesai tampil pun aku belum melihat batang
hidung nya sedikit pun.
“Hazira, ini minum untukmu! Kamu pasti lelah sehabis
tampil.” Ucap teman ku sambil menyuguhkan satu botol minum. Aku langsung
menerima nya dan tetap melanjutkan untuk mencari sosok dingin itu, langkah demi
langkah ku lalui kini genap, ku berhentikan derap langkah ku dan tak sengaja ku
dengarkan suatu pembicaraan yang membuatku terpental kaget.
“Yah, Arga di rumah
sakit kritis ya?.”
“Iya, ku dengar juga begitu.”
“Hah, kasian sekali dia.”
Mendengar pembicaraan itu, membuat bulu kuduk ku berdiri
dan tegang. Aku langsung menerobos mereka dan menanyakan apa yang sebenarnya
terjadi, aku benar-benar ragu kenapa ini semua bisa terjadi seperti ini.
“Mmm..Maksud kalian apa?.” Tanya ku.
“Arga kritis di rumah sakit. Bahkan, anak baru itu tidak
masuk sekolah hari ini,.”
“Apa ?.” Kaget ku. Aku tercengang mendengar ini semua aku
lemah di tempat dan langsung syok mendengar berita ini.
“Dia kritis di Rumah Sakit Hallym University Medical Center cepatlah datang kesana!.” Ujar seorang temanku. Aku membuka ponsel dan ternyata
ada pesan masuk dari sosok dingin itu.
01 Message Received
Menangislah keras meski hanya sekali.
Dan lihatlah cermin di depan mu, aku
dulu menangis seperti itu
Jadilah kuat setelah detik ini,
karna kamu akan kehilangan aku.
Aku
langsung mengambil langkah seribu untuk menuju tempat dimana ia terbaring lemah
disana. Rinai-rinai hujan yang ku lewati membasahiku, rimai-rinai hujan yang
menemaniku sampai aku datang di tempat dimana ia terbaring lemah. Basah kuyup
badan ku tersentuh rinai hujan. Aku tidak peduli dengan suasana hujan. Suara
gemuruh di langit membuat ku takut tetapi, tekad ku untuk menggapai sosok
dingin itu tetap ada. Aku tidak peduli dengan cuaca, meski angin badai menerpa
ku sampai aku tidak kuat berlari pun aku tetap akan ke rumah sakit itu, aku
berlari dan mengejar waktu. Aku berharap bisa melihat ia tersenyum dan lebih
lama lagi. Hujan pun juga turun di ikuti oleh kelopak mataku yang bengap ini,
dan tidak lama akhirnya aku memasuki ruangan, dan aku berada di persimpangan
ruangan sunyi dan akhirnya ku temukan sebuah ruangan ICU, tidak sengaja aku menabrak seorang lelaki yang seperti nya
sedang berduka. “BRAKK..”
“Oh
maaf mas aku_-.” Dan ternyata tidak salah lagi yang aku tabrak adalah
Stevan, ia melihat ku dengan tatapan
wajah yang kusut dan ku oyak-ayik badan nya ku tanya sedang berada dimana kakak
nya, tetapi ia tidak mau menjawab nya sama sekali. Aku benar-benar syok.
Ditariklah tangan ku oleh nya dan ia membawa ku sampai pada ruangan yang sangat
mengagetkanku. Dimana terdapat banyak orang yang terkerukup kain-kain putih di
atas nya.
“Ruangan
apa ini? Apa arti semua ini? Jawab aku!.” Tanya ku sambil nada syok. Ia hanya
terdiam. Diserahkan nya sebuah tulisan tangan yang sangat mungil kata Stevan ia
sempat sadar satu jam lalu. Ku terima lembaran tulisan itu, dan ini adalah
tulisan terakhir untuku. Aku membaca lembaran yang tergores kata-kata itu..
Terkadang, aku ingin menghapus
perasaan ini. Namun, aku tahu bahwa cinta tidak bisa pergi. Kenanglah aku
selalu, menangislah sepuasmu ! Dan setelah itu, ikhlas kan aku tuk pergi
sendirian.
Tak ingin meninggalkan, tak ingin
kehilangan. Waktu terus berlalu, kita semakin jauh. Percayalah, aku selalu dalam pelukanmu.
Kamulah utama ku, pegang kedua tanganku sejenak saja! Keabadian akan selalu
bersama.
Step...Step..
Langkah per langkah kita akhirnya
jauh. Hari ini sangat nihil bagiku, semua melihatku tersenyum saat ini. Maafkan
aku, sempat menerormu hari itu. Maafkan aku, sempat mengajakmu ke tempat dimana
aku mengungkapkan perasaanku padamu. Maafkan aku juga, karna sifatku yang
begitu acuh. Sebenarnya, aku memendam perasaan ku padamu dan penyakit ku yang
sangat ganas ini. Jika memang rencana Tuhan akan kepergian ku tertunda, aku
ingin mengulurkan satu senyuman sembari kasih sayang terhadap mu. Meski, untuk
yang terakhir kalinya. Ingatlah, setiap
semilir angin halus yang menerpa mu itu adalah aku. Jiwaku tiada tetapi ruh ku
tetap ada singgah di sampingmu.
Aku memendam rasa ku sendiri, karna
ku tau di suatu hari perasaan ini akan lelah dengan sendirinya. Ice price, ini
lah Love Story about you ! #Hazira. yang selalu ku pendam sendirian.
Sejenak aku berfikir, jika aku
pergi bagaimana denganmu? Jika aku berkata kembali aku sendiri tidak akan
percaya. Butiran pasir berjatuhan dan waktu kita tidak bisa terulang kembali.
It’s okay..
Saat aku pamit, kau mungkin ragu
Saat ku pergi, kau bingung
Saat aku pergi jauh dari mu, aku
baru tahu.
Betapa berarti nya kamu bagiku
#Hazira
I promies that I’ll comeback to
you, Dont worry !
See you...
Terdapat
banyak tulisan berjejeran di atas lembaran
ini. Datanglah sebuah semilir angin yang menerpaku dan berbisik di
telinga kanan ku. Datanglah sebuah tangis tragis yang mengeluarkan suara
teriakan keras dan isakan-isakan keras. Aku tergeletak di bawah, menangis
tersedu-sedu, aku berteriak seakan ruangan itu adalah miliku sendiri. Stevan
memeluk ku, berduka atas semua yang terjadi hari ini. Ku menatap langit-langit
ruangan, remang-remang penglihatanku melihat semua yang ada di depan ku. Mataku
menurunkan gerimis air pada hari yang sangat menyedihkan ini. Rintikan air
deras ini adalah pengiring untuk kepergian nya. Hatiku pernah sakit, tapi tidak
pernah sesakit ini, kemanakah perasaan ini harus menepi? Aku jatuh, aku takluk
sampai tidak tahu waktu utuh. Teriakan nan tangis ku mengiringi seluruh isi
atmosfer ruangan. Udara ku menghilang, kenangan pun terlukis. Tawaku
menghilang, rasanya seperti bulan yang bimbang bercerita untuk menghilang dari
kenyataan yang sepahit ini. Aku berharap, tetapi bimbang. Menantimu untuk
kembali? Tidak akan terjadi. Kau sudah seperti embun di pagi buta saat ini.
Membisu selamanya, letih dalam tenang. Kemarin kurasa memang begitu adanya, rasanya
biasa saja. Dia tidak pernah istimewa, tapi ketika dia pergi dan tidak ada
lagi, hati ini kosong melompong. Seakan-akan aku ingin mengembalikan nya ke
dunia lagi. Sebuah pelukan menempel di pundaku. Ku buka tutup yang menyelimuti
seluruh badan Arga, ku buka pelan-pelan dan ku dekatkan wajahku dengan wajah
nya. Rintikan air mata jatuh di atas wajah nya, tersungging sebuah senyuman
membisu. “Scenario apa ini?Kenapa jadi
seperti ini? Kenapaaa?.” Rintikan hujan mengalir deras, hanya air mata yang
bisa berbicara dimana mulut yang aku miliki tidak mampu untuk meluapkan apa
yang membuatku terluka. Sedetik saja aku mencintaimu, namun butuh berabad-abad
untuk melupakan sosok mu. Aku belum sempat menempati hati nya seperti
layak nya bidadari kecil, tetapi ia
sudah pergi jauh untuk selamanya.
–A LOVE LIKE A FAIRY TALE- #ARGA
###
Lihatlah di mataku
Bisakah kamu melihat detak jantungku?
Berputar-putar ke mana pun aku pergi
Lihatlah di mataku
Ku akan slalu berada di samping mu
kau biarkan ku di telepon
Step Step
Kemana kita pergi sekarang?
Rasanya seperti tersesat dalam labirin yang salah
Step Step
Di sini kita setengah jalan pulang
Dan kita tidak akan pernah menyerah
Bisakah kamu melihat detak jantungku?
Berputar-putar ke mana pun aku pergi
Lihatlah di mataku
Ku akan slalu berada di samping mu
kau biarkan ku di telepon
Step Step
Kemana kita pergi sekarang?
Rasanya seperti tersesat dalam labirin yang salah
Step Step
Di sini kita setengah jalan pulang
Dan kita tidak akan pernah menyerah
Suara tuts-tuts piano ku mainkan di kediaman malam, di lirik genap aku berhenti memainkan musik
dan melihat ke arah luar, aku duduk di beranda jendela kamar bersama piano
besarku di temani oleh semilir tiupan- tiupan angin. Ku tatap bulan dan bintang
yang menempel di langit berjejeran. Tiba-tiba ku teringat akan wajahmu yang
sangat dingin. Tiba-tiba ku teringat akan gaya yang biasa kau pakai. Tiba-tiba
ku teringat akan senyuman yang kau sunggingkan di terakhir kalinya. Rasa hangat
tiba-tiba tercipta oleh semilir angin yang melewatiku. Tiba-tiba rindu menjalar
ke seluruh tubuh, bagaikan air yang mengali deras. Hanya Tuhan yang mengerti.
Apa yang aku rasakan saat ini. Sepertinya telah habis kata, hanya kebahagiaan
saja hari ini karena nya. Ingin ku membuka mataku lebar-lebar dan keluar dari
kenyataan ini, biarlah semua megalir apa adanya seperti air yang mengalir
sejauh-jauhnya hingga air itu kembali kepada ujung hulunya. Aku juga manusia
biasa, yang belajar untuk bersabar dan menerima kenyataan terhadap Love Stories ini.
Aku terdiam sambil mengamati ruang angkasa, sadar ataukah
tidak aku mengulurkan senyum, ku ulurkan senyuman meski hanya sedikit saja
untuk menutupi rasa perih dan rindu yang menjalar ini. Perlahan, aku menghirup
nafas dalam dari hidung, lalu ku hembuskan secara perlahan lewat hidung. Tangan
ku tergerak untuk mengambil sebuah buku kecil, ku tempelkan tulisan Arga yang
di tulisnya kemarin yang terakhir kalinya. Sebuah ide terlintas di pikiranku.
Ku ambil sebuah buku catatan kecil yang berada di sampingku, mulai ku buka dan
menggoreskan beberapa kata di dalam sana.
Belajar bersyukur...
Yang telah di beri dan di ambil jauh
Yang telah hilang dan masih
bertahan.
Termasuk hadirmu.. #Arga
~by : Irma Hazira~
T A M A T
Hai, untuk kalian yang udah berkunjung ke situs ini. Hazira ucapin makasih ya..
Termasuk teman"ku yang udah Support aku semua. Jangan lupa untuk komentar dibawah.
SEMOGA KALIAN MENIKMATI ARTIKEL YANG ADA HEHE.. Dont forget to comeback to this site again
KASAHAMNIDA
DONT FORGET TO FOLLOW MY INSTAGRAM :
@zheng.min
DONT FORGET TO FOLLOW MY INSTAGRAM :
@zheng.min